Kamis, 12 Desember 2013

Perkembangan Matematika Babilonia


BAB I
PENDAHULUAN

            1.      Latar Belakang Masalah

Babilonia adalah wilayah budaya kuno di pusat-selatan Mesopotamia (Sekarang Irak), dengan Babel sebagai ibu kotanya. Pendiri sekaligus raja pertama dari Babilonia adalah seorang kepala suku Amorite bernama Sumuabum yang mendeklarasikan kemerdekaan Babilonia dari Negara tetangganya Kazallu pada tahun 1894 sebelum masehi. Babilonia muncul sebagai bangsa yang kuat saat Raja Hammurabi dari suku Amorite menciptakan sebuah kerajaan kecil diluar teritori wilayah Kekaisaran Akkadia.
Bangsa Babilonia mengadopsi bahasa Semitik Akkadia sebagai bahasa resmi dan bahasa Sumaria sebagai bahasa yang dipakai untuk keperluan keaagamaan yang saat itu tidak lagi digunakan sebagai bahasa lisan. Tradisi Akkadia dan Sumeria memainkan peran utama dalam perkembangan kebudayaan Babilonia dan bahkan hal ini menjadikan beberapa daerah di negara tersebut menjadi pusat kebudayaan hingga ke luar daerah Babilonia sendiri pada zaman perunggu dan awal zaman besi. Babilonia sebagai Negara merdeka, sebenarnya bukan didirikan hingga menjadi terkenal oleh orang asli dari suku Amorite, sebagian besar sejarahnya Babilonia berada dibawah pemerintahan orang-orang Mesopotamia, Assyiria dan bahkan bangsa asing seperti Kassite, Elam, Het, Aram, Kasdim, Persia, Yunani dan Partia.
Babilonia pertama kali disebutkan dalam sebuah tulisan kuno dari masa pemerintahan Sargon dari Akkadia yang tertanggal tahun 23 sebelum masehi. Diperkirakan sekitar seratus tahun setelah jatuhnya Kekaisaran “Ur-III” dari Sumaria di tangan bangsa Elam, suku Amorite mendapatkan kendali kekuasaan untuk hampir seluruh wilayah Mesopotamia dan merebut tahta Assyiria, Mari, Eshnunna Ur, Isin, Larsa dan kerajaan kecil lain di Mesopotamia.
Selama abad ke-3 sebelum masehi, ada banyak simbiosis pengembangan budaya antara bangsa Sumeria dan bangsa Akkadia di seluruh Mesopotamia termasuk penggunaan dua bahasa atau bilingualism yang menyebar luas di seluruh daerah. Pengaruh Sumaria terhadap Akkadia dan sebaliknya meliputi berbagai pengkonversian dalam hal leksikal, sintaksis, morfologi dan fonologis bahasa, hal inilah yang mendasari para ahli disana untuk merujuk pada Sumaria dan Akkadia yang mereka sebut sebagai Sprachbund.
Bahasa Akkadia secara bertahap menggantikan bahasa Sumaria sebagai bahasa resmi di Mesopotamia., tetapi bahasa Sumaria masih digunakan untuk hal-hal tertentu seperti upacara keagamaan, sastra dan bahasa ilmiah sampai abad ke-1 masehi. Kebudayaan Mesopotamia selama zaman perunggu hingga awal zaman besi sering disebut sebagai budaya “Assyro-Babilonia” karena kedekatan yang saling bergantung di pusat daerah politik dua bangsa tersebut. Seiring berjalannya waktu, nama Babilonia kini digantikan menjadi Sumaria.
Makalah ini ditulis karena adanya dorongan untuk mengetahui dan juga mempelajari sejarah  perkembangan yang dihasilkan oleh masyarakat pada Peradaban Mesopotamia-Babilonia.
           2.      Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Ø  Bagaimana perkembangan sejarah matematika babilonia?
 Ø  Siapakah tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia? 
3.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Ø Untuk mengetahui perkembangan sejarah matematika babilonia.
Ø Untuk mengetahui tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Perkembangan Sejarah Matematika Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Ditulis di dalam tulisan paku, lempengan ditulisi ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan koma desimal, sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira berdasarkan konteksnya.
1.2. Tokoh-tokoh Matematika Bangsa Babilonia
1.      Raja Sargon adalah Pemimpin bangsa Akkadia. Dari segi kebudayaan bangsa Akkadia meniru kebudayaan bangsa Sumeria yang sudah maju sehingga berkembanglah budaya baru yang disebut budaya Sumer Akkad (akulturasi). Pada masa ini ditemukan alat hitung “sempoa”.
2.      Raja Hammurabi adalah Raja Babilonia yang terbesar (1948-1905 SM). Raja Hammurabi terkenal sebagai pembuat Undang-undang.
3.      Diophantus (250-200 SM) Ia merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia yang mengembangkan konsep-konsep Aljabar Babilonia. Seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria. Karya besar Diophantus berupa buku aritmatika, buku karangan pertama tentang System Aljabar. Bagian yang terpelihara dari aritmatika Diophantus berisi pemecahan kira-kira 130 soal yang menghasilkan persamaan-persamaan tingkat pertama.
4.      Para Ilmuan Babel menemukan penentuan nilai akar kuadrat, bahkan telah mendemonstrasikan Teori Pythagoras, jauh sebelum Pythagoras sendiri muncul dengan teorinya dan hal ini dibuktikan oleh Dennis Ramsey yang menerjemahkan sebuah catatan kuno yang berasal dari tahun 1900 sebelum masehi.
5.      Otto Neugebauer dan F.Thureau-Dangin banyak menemukan pengetahuan tentang isi dari tablet-tablet matematika ini tidak lebih tua 1935. Karena kerja penafsiran tablet-tablet ini masih berlangsung, penemuan yang baru dan sama menariknya sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat.
6.      Grotefend mencoba untuk memecahkan teka-teki, kemudian pada tahun 1347 Rawlinson menyempurnakan hasil dari Grotefend. Tablet-tablet itu ternyata mengenai semua tahap dan kepentingan-kepentingan dari kehidupan jamannya dan meliputi banyak jaman dari sejarah Babilonia.

BAB III
PENUTUP
Ø  Simpulan :
1.      Kerajaan Babilonia didirikan oleh bangsa Amorit yang disebut juga Babilonia. Kata Babilonia berasal dari kata babilu yang berarti gerbang menuju Tuhan. Babilon terletak ± 97 kilometer di selatan kota Baghdad sekarang, di tepi sungai Eufrat. Raja Babilonia yang terbesar adalah Hammurabi (1948-1905 SM). Raja Hammurabi terkenal sebagai pembuat Undang-undang.
2.      Sistem Babel matematika adalah sexagesimal (basis-60) sistem angka.
3.      Asia barat daya adalah salah satu kawasan yang kaya dengan sumber daya alam. Di Asia Barat daya pun muncul berbagai peradaban baik itu peradaban Mesopotamia, Sumeria, Akkadia sampai adanya peradaban Babilonia yang terdiri dari dua periode yaitu kebudayaan Babilonia Kuno dan kebudayaan Babilonia Baru.
4.      Peradaban Babilonia berdiri dalam dua periode dengan dua penguasa yang berbeda, periode peradaban Babilonia Kuno atau lama diperintah oleh Hammurabi sedangkan peradaban Babilonia Baru diperintah oleh Nebukadnezar.
5.      Kebudayaan yang dihasilkan peradaban Babilonia ini masih banyak yang digunakan dalam kehidupan masa kini, jadi bisa dikatakan bahwa peradaban Babilonia memberikan pengaruh besar baik untuk kehidupan masa lalu maupun untuk masa kini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar