Selasa, 24 Desember 2013

Psikologi Perkembangan Bahasa


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang ahli psikologi perkembangan dari Illinois State University bernama Laura E. Berk (1999) setelah mempelajari dan meneliti berbagai aspek perkembangan individu, sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang kompleks, namun pada umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak. Pencapaian bahasa yang amat mengesankan pada anak-anak yang sedang belajar berbahasa adalah sedemikian beranekaragamnya dan sedemikian rumitnya sehingga kadang-kadang tampak seperti sesuatu yang ajaib.
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa sebab sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya. Kemampuan dan kesiapan belajar bahasa pada manusia ini segera mengalami perkembangan setelah dia lahir. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara, orang yang dalam waktu cukup lama dan terus-menerus mendengar pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut tanpa intruksi khusus atau direncanakan. Bahkan banyak peneliti mengenai penguasaan bahasa meyakini bahwa anak-anak dari  berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa ibu mereka tanpa terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan yang jelas (Rice, 1993 dalam Santrock, 1995).
Seiring dengan kemunculan simbolis, anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Perkembangan Bahasa yang pesat ini dianggap sebagai hasil perkembangan simbiolisasi. Dengan demikian pada masa ini anak-anak telah mengalami sejumlah nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol. Ia juga dapat membedakan berbagai benda di sekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda tersebut. Disamping itu, pada masa ini penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan semakin bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sekali-kali ia menggunakan kata perangkai akhirnya timbul anak kalimat.
Perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu akan dapat disimpulkan bagaimana perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
Bahasa adalah sesuatu yang sangat penting untuk dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan orang lain. Kita akan susah untuk berkomunikasi jika kita tidak menguasai bahasa orang yang kita ajak untuk berbicara begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, kita harus tetap selalu mengikuti perkembangan bahasa-bahasa yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan maka ada beberapa rumusan masalah yang harus dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1.2.1    Pengertian Perkembangan Bahasa
1.2.2    Tahapan Pwerkwembangan Bahasa
1.2.3    Hubungan Kemampuan Berbahasa Dengan Kemampuan Berfikir
1.2.4    Karakteristik Perkembangan Bahasa Subjek Disdik
1.2.5    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
1.2.6    Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Bahasa
1.2.7    Proses Pembelajaran Untuk Membantu Perkembangan Bahasa Subjek Didik

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan berbagai pengetahuan dan informasi, juga untuk :
1.                  pengetahui dan memahami tentang pengertian perkembangan bahasa
2.                  memahami bagaimana tahapan dalam perkembangan bahasa
3.                  mengerti antara hubungan kemampuan bahasa dengan kemampuan berfikir
4.                  mengetahui karakteristik perkembangan bahasa subjek didik
5.                  menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan bahasa
6.                  mengerti perbedaan individual dalam perkembangan bahasa
7.      mengetahui dan memahami upaya dan proses pembelajaran untuk perkembangan bahasa subjek didik


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pekembangan Bahasa
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan menyatukan pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Bahasa ialah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti halnya bentuk-bentuk komunikasi, tertulis, lisan, tanda, air muka, gerak tangan, pantomime dan seni. Bahasa merupakan hal yang hakiki yang membedakan manusia dengan binatang.
Bahasa tidak hanya berfungsi untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan emosi saja. Bahasa juga dipakai untuk mencari informasi, mengungkapkan penalaran individu, memberi jalan keluar bagi perasaan dan emosi, membangkitkan perbuatan pada orang lain, membantu mengembangkan dan memperoleh rasa harga diri, dan sebagai pengikat yang membuat orang-orang bersatu. Berbahasa merupaka suatu tingkah laku yang membantu membentuk dunia si anak, yang membawanya dari dunia egosentris kepada dunia sosiosentris. Bahasa, sebagaimana keterampilan-keterampilan lain yang rumit, sukar dipelajari dan tidak dapat dikuasai sekaligus. Belajar berbahasa atau berbicara merupakan suatu proses yang panjang dan rumit. Ada dua kriteria yang dapat dipakai untuk menetapkan apakah anak tidak dapat menggunakan bahasa sebagai bentuk komunikasi.
Yang pertama ialah bahwa anak harus mengucapkan kata-katanya sehingga segera dapat dimengerti oleh orang lain. Kedua, anak harus tahu arti kata-kata yang diucapkannya dan menghubungkannya dengan obyek-obyek yang diwakilinya. Hal ini berarti bahwa selama dua belas atau lima belas bulan pertama dari kehidupan anak, komunikasinya berlangsung dalam bentuk prabahasa. Ada tiga bentuk prabahasa yang digunakan dalam berkomunikasi selama usia ini, yakni: menangis, ledakan-ledakan suara yang kemudian berkembang menjadi merancau, dan gerakan tangan. Dari ketiga bentuk ini, yang kedua lah yang terpenting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya.
Seorang ahli psikologi perkembangan dari illionis state university bernama Laura E. Berk (1999) mngatakan perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.pencapaian bahasa yang amat mengesankan pada anak-anak yang sedang belajar berbahasa adalah sedemikian beranekaragamnya dan sedemikian rumitnya sehingga kadang-kadang tampak seperti sesuatu yang ajaib.
Para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam mengusai kosa kata, ucapan, gramatikal,dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbangdingan antar umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu akan dapat disimpulkan bagaimana perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian materi pengertian perkembangan bahasa diatas, bahasa sendiri mempunyai fungsi untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan emosi serta berfungsi juga untuk mengungkapkan penalaran, mencari informasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan bahasa merupakan kemampuan dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal dan etika pengucapannya, serta biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol dan dalam waktu tertentu sesuai perkembangan umur individu.
2.2 Tahapan Perkembangan Bahasa
Sesungguhnya ada aspek linguistik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut kaum empiris yang dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam intereraksinya dengan lingkungan. Penguasaan bahasa merupakan hasil dari penyatu-paduan peristiwa – peristiwa linguistik yang diamati dan dialami selama masa perkembangan. Menurut para penganut aliran behavioristik, penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning), pengkondisian operan (operant conditioning) dan belajar social (social learning).
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989) dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:
1.      Fonologi (phonology)
2.      Semantic (semantics)
3.      Tata Bahasa (grammar)
4.      Pragmatik (pragmatics)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah lain atau negara lain di mana kita hanya memiliki sedikit saja atau tidak memiliki kemampuan bahasa mereka, maka sangat boleh jadi kita akan kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli disana terdengar begitu cepat dan sepertinya terorganisis dengan baik. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin mengalami hambatan-hambatan dalam memahami bahasa kita karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi ini merupakan sejarah perkembangan fonologi.
Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata. Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian menghubung-hubungkannya dengan kesepakatan-kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
Gramer / tata bahasa merajuk kepada penguasaan kosa kata yang kemudian dan memodifikasinya ke dalam cara-cara yang bermakna. Pengetahuan tentang Gramer meliputi dua aspek utama, yaitu:
  1. Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dlam kalimat yang dapat dipahami.
  2. Morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif,dan berbagai makna lain dalam bahasa.
Pragmatik merujuk kepasa sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil moment yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan – pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai secara tepat oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan  dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, maka seseorang memahami dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu, seperti dalam berbagai ucapan selamat, cara mengucapkan selamat datang dan selamat tinggal. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.
Dilihat perkembangan umur  kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, maka tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap – tahap berikut ini:
1.      Tahap Pralinguistik atau meraban (0.3 – 1.0 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif. Pada umur ini anak mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain yang ada disekitarnya sebagai upaya mencari kontak verbal.
2.      Tahap Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun)
Pada umur satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang di ucapkan oleh anak-anak ini harus di pandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak yang menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau main mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil sama ayah” atau “saya minta diambilkan mobil mainan” dan sebagainya.
3.      Tahap kalimat dua kata (1,8 – 2,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat. Misalnya anak mengucapkan “mobilan siapa?” atau bertanya “itu mobilan milik siapa” dan sebagainya.
4.      Tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0 tahun)
Pada tahap ini anak mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
5.      Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relatifasi, dan konjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan- keteraturan tata bahasa dan fonologi dalam bahasa terkait.
6.      Tahap kompetensi lengkap (11,0 tahun - dewasa)
Pada akhir masa kanak-kanak, yang kemudian memasuki masa remaja dan dewasa, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan, dan semakin lancar, serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
Berdasarkan uraian tahapan perkembangan bahasa diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum perkembangan keterampilan bahasa pada individu dibagi menjadi 4 komponen, diantaranya fonologi yang berarti bagaimana seorang individu memahami dan menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa, semantik yang berarti bagaimana seorang individu memaknai kata atau cara yang mendari konsep yang diekspresikan dalam kata-kata, tata bahasa yang berarti penguasaan kosa kata yang kemudian memodifikasikannya kedalam cara-cara yang bermakna, dan yang terakhir adalah pragmatik yang berarti bagaimana seorang individu menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain
Sedangkan perkembangan bahasa berdasarkan umur kronologis indvidu mempunyai beberapa tahapan, yaitu tahap pralinguistik atau meraban (0,3 – 1,0 tahun), tahap Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun), tahap kalimat dua kata (1,8 – 2,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun), tahap kompetensi lengkap (11,0 - dewasa).
2.3 Hubungan Kemampuan Berbahasa Dengan Kemampuan Berfikir
Berpikir pada dasarnya merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi atau pemrosesan informasi (information processing) yang berlangsung selama munculnya stimulus sampai dengan munculnya respons (Morgan, 1989). dalam proses berpikir digunakan simbol-simbol yang memiliki makna atau arti tertentu bagi masing-masing individu. Manifestasi dari proses berpikir manusia serta sekaligus menjadi karakteristik dari proses berpikir manusia adalah bahasa (Glover,1987)
Aktifitas berpikir individu sesungguhnya dibantu dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan hukum tata bahasa guna menggabungkan kata-kata menjadi satu kalimat yang bermakna (Morgan,1980). Betapapun seseorang dalam berfikir tidak mengeluarkan kata-kata secara eksplisit melainkan hanya dalam hati, sesungguhnya ketika proses berpikir itu terjadi juga menggunakan bantuan bahasa. Hanya saja bahasa yang digunakannya hanya dilafalkan didalam hati. Misalnya, ketika suatu saat seseorang menyaksikan pertandingan sepak bola kemudian setelah pulang ditanya tentang bagaimana serunya proses pertandingan sepak bola tersebut. Orang tersebut pasti akan membayangkan setidak-tidaknya bagaimana permainan sepak bola yang telah disaksikan tadi. Bagaimana seorang pemain berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan, dan bagaimana bola dioperkan dari satu kaki ke kaki yang lain dari para memain kemudian orang tersebut dapat menjelaskan dengan bahasa kepada orang yang bertanya tadi. Contoh lain adalah ketika seorang siswa mengerjakan soal-soal ulangan atau ujian ,tentu siswa tersebut akan memunculkan berbagai informasi yang ada didalam pikiranya sehubungan dengan soal-soal ulangan atau ujian tadi dan mengekspresikanya dengan bahasa tertentu untuk dituangkan ke dalam jawaban siswa.
Perkembangan bahasa merupakan kemampuanmanusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sesungguhnya kompleks ,pada umumnya bahasa berkembang dengan cepat pada manusia. Terutama pada masa kanak-kanak.
Secara umum, perkembangan bahasa dapat dibagi ke dalam empat komponen:
1. Fonologi (phonology),berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa. Jika kita mengunjungngi suatu daerah atau negara lain yang kita sendiri tidak memahami bahasanya. Akan terdengar betapa cepatnya bahasa mereka.
2. Sematik (samantices),berkenaan dengan makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsepyang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata
3. Tata bahasa (grammaruran tentang bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat yang dapat di pahami) dan morfologi (aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna dalam bahasa).
4. Progmatik (pragmatices),berkenaan dengan sisi komunikatif dari bahasa ;artinya bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan lorang lain.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa aktivitas berpikir juga melibatkan bahasa berpikir yang terjadi dalam hati atau yang seringkali dikenal dengan percakapan dalam hati (inner speech) (morgan,1989). Bahasa merupakan alat yang sangat berguna dan sangat membantu individu untuk berpikir. Bahasa juga mengekspresikan hasil pemikiran tersebut.jadi, berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang relatif bersamaan. Seringkali dikatakan oleh banyak orang bahwa kemampuan berpikir seseorang menentukan dan sekaligus dapat dipahami dari kemampuan bahasanya. Sebaliknya kemampuan bahasa seseorang merupakan pencerminaan dari kemampuan berpikir seseorang.
Meskipun demikian, dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan berpikirnya bagus tetapi kemampuan bahasanya kurang. Sebaliknya, ada juga orang pandai berbahasa tetapi kemampuan berpikirnya tidak sebagus kemampuan bahasanya. Sering kali kita jumpai sejumlah orang yang mampu menulis dengan bagus untuk mengekspresikan pemikirannya, tetapi ketika diminta untuk mempresentasikan hasil tulisannya ternyata bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiranya tidak menarik, sebaliknya  ada sejumlah orang yang ketika diminta mempresentasikan pikiran-pikirannya sangat menarik bahkan sangat memukau banyak orang , tetapi ketika diminta menuangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk tulisan menjadi tidak menarik.
Berdasarkan uraian hubungan kemampuan berbahasa dengan kemampuan berfikir dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya stimulus sampai dengan munculnya respons. Pada proses berfikir digunakan simbol-simbol yang memiliki makna atau arti tertentu bagi masing-masing individu. dalam menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang mempunyai makna maka kita dapat menggunakan simbol-simbol verbal dan hukum tata bahasa.
2.4 Karakteristik Perkembangan Bahasa Subjek Didik
Mengacu kepada tahapan perkembangan bahasa yang telah dipaparkan terdahulu dan sesuai dengan tingkatan usia kronologis yang telah dicapai, maka karakteristik perkembangan bahasa remaja sebagai subyek didik dapat dikatakan telah mencapai tahap kompetensi lengkap. Pada usia ini, remaja diharapkan telah mempelajari semua sarana bahasa dan keterampilan-keterampilan performansi untuk memahami dan menghasilkan bahasa tertentu dengan baik.
Karakteristik perkembangan bahasa remaja itu sesungguhnya didukung oleh perkembangan kognitif yang menurut  Jean Piaget yang telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kognitif itu, remaja mulai mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip berfikir formal atau berfikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komprehensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan simbol-simboi dan terminologi kongkrit dalam mengkomunikasikannya.
Sejalan dengan perekembangn psikis remaja yang tengah berada pada fase pencarian jati diri, maka ada tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari tahap-tahap sebelum atau sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang  dari norma umum, seperti munculnya istilah-istilah khusus dikalangan remaja. Karakteristik psikologis khas remaja itu seringkali mendorong remaja membangun dan memiliki bahasa yang relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang orang diluar kalangan remaja kesulitan untuk memahaminya. Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, dikota-kota bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan “bahasa gaul”. Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan diluar remaja memahami bahasa mereka. Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan menerbitkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “kamus Bahasa Gaul”. Dalam kasus ini tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Anehnya, kalangan remaja justru sangat akrab dan sangat memahami bahasa gaul itu serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan sesama remaja  menggunakan bahasa gaul tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa sesuai dengan tingkatan usia kronologis yang telah dicapai. Maka karakteristik perkembangan bahasa remaja sebagai subyek didik dapat dikatakan telah mencapai tahap kompetensi lengkap. Remaja mulai mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip berfikir formal atau ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komprehensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi. Perkembangan psikis remaja berada pada masa pencarian jati diri dan seringkali mendorong remaja memiliki bahasa khas untuk mereka sendiri yang akhirnya mereka justru sangat akrab.
2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh factor – factor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya. Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan cepat, maka perkembangan kemampuan bahasa anaknya pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika kemampuan bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik, maka perkembangan bahasa anaknya pun juga akan ikut lambat dan kurang baik.
Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yakni bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang itu tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan perkembangan kemampuan bahasa seseorang. Dari perspektif ini, maka meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang baik dan lambat, tetapi proses stimulasidan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa secara baik dan cepat, maka anak tersebut akan memperoleh dan memiliki perkembangan kemampuan bahasa yang baik dan cepat pula.
Adapun aliran lain yang cenderung lebih moderat yakni aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Menurut aliran ini perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan konvergensi atau perpaduan dari bawaan dan proses belajar dari lingkungannya. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitifnya.
Adapun faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah besarnya kesempatan yang diperoleh untuk melakukan proses belajar dari lingkungannya. Individu yang dalam kehidupan sehari – hari banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya dalam kemampuan barbahasanya, akan cenderung memikiki kesempatan yang lebih banyak dan lebih bagus untuk mengembangkan kemampuan bahasanya. Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin kemampuan bahasanya, akan cenderung terbatas pula kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bahasanya.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
1)      Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya kemampuan bahasa individu tersebut. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan berfikir dengan kemampuan bahasa seseorang.
2)      Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relative demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa anggota keluarganya ketimbang yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.
3)      Jumlah anak atau anggota keluarga
Suatu keluarga yang memiliki anak dalam jumlah yang banyak atau anggota keluarga di dalamnya banyak akan lebih mempercepat perkembangan bahasa anak karena di dalamnya akan terjadi komunikasi yang bervariasi daripada keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lainnya selain keluarga inti.
4)      Posisi urutan kelahiran
Seorang anak yang posisi urutan kelahirannya di tengah akan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang anak sulung atau anak bungsu karena anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas maupun kebawah, sedangkan anak sulung hanya memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5)      Kedwibahasaan (bilingualism)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, didalam rumah dia menggunakan bahasa jawa dan diluar rumah dia harus menggunakan bahasa Indonesia dan demikian pula dari bahasa yang lain.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi bahasa seseorang sebenarnya terletak pada keluarga, lingkungan dan proses belajar seseorang. Adapun faktor – faktor tersebut yaitu kognisi, pola komunikasi dalam keluarga, jumlah anak atau anggota keluarga, posisi urutan kelahiran dan kedwibahasaan yang digunakan.
2.6 Perbedaan Individual dalam Perkembangan Bahasa
Dalam konteksnya dengan perbedaan individual perkembangan bahasa, terdapat isu bahwa dalam perjalanan sejarah penelitian perkembangan pemerolehan bahasa oleh individu ternyata ada yang menganut pandang universal atau kesamaan (universal or similarity) dan ada pula yang menganut pandang perbedaan individual (individual differences ). Karena sedemikian kuatnya pengaruh teori universalitas dari Noam Chomsky, maka dalam kurun waktu antara tahun 1950 – 1970-an para ahli psikologi perkembangan yang mencurahkan perhatiannya pada perkembangan pemerolehan bahasa pada individu pada umumnya menganut pandang universal atau kesamaan. Pandang ini berkeyakinan bahwa individu dalam perkembangan penguasaan bahasa terutama dipengaruhi secara kuat oleh kematangan genetikal. Artinya, mereka berkeyakinan bahwa kematangan secara genetikal akan sangat menentukan kompetensi berbahasa seseorang . melalui teorinya yang dikenal dengan “ Language Acquistion Device ”, Noam Chomsky berkeyakinan bahwa faktor bawaan sebagai alat pemerolehan bahasa memungkinkan anak mampu mengkombinasikan kata-kata ke dalam ucapan yang memiliki konsistensi gramatikal serta mampu memahami pembicaraan orang lain pada usia dini.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori chomsky itu mulai dipertanyakan banyak orang dan banyak ahli sehingga para peneliti perkembangan penguasaan bahasa yang menganut paham universal semakin berkurang. Para peneliti mengemukakan pandang barunya sebagai kritik terhadap paham universal, yakni bahwa paham universal akan cenderung dapat diatribusikan kepada pengalaman secara umum pada semua anak sebagai mana mereka mengatribusikannya kepada faktor bawaan sebagai alat pemerolehan bahasa yang kemudian dikenal dengan “ Innate Language Aqusition  Device (LAD) “. Paham genetik atau universal menyebabkan kesulitan atau bahkan tidak mungkin untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian penting dalam berbahasa. Oleh karena itu, Hardy-Brown (1983) mengatakan bahwa dalam perkembangan bahasa saja melainkan berusaha memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perolehan bahasa tersebut.
Penelitian-penelitian lebih lanjut, yakni pada tahun 1970-an, menunjukan betapa pentingnya perbedaan individual dalam perkembangan bahasa. Bahkan ditegaskan bahwa perbedaan individual itu tidak hanya dalam banyaknya penguasaan kosa kata melainkan juga dalam arah, bentuk, atau pola perkembangan bahasa. Anak-anak sesungguhnya belajar dalam berbagai cara secara bervariasi dan bukan dengan cara-cara yang seragam.
Nelson adalah orang pertama yang mengidentifikasikan pentingnya perbedaan individual dalam arah atau bentuk perkembangan bahasa sehingga hasil penelitiannya itu telah didokumentasikan dan disebarluaskan pada penelitian-penelitian selanjutnya ( Bretherton et al 1982 ). Menurut hasil penelitian Nelson, misalnya saja, anka pada umur 1-2,5 tahun pada umumnya sudah menguasai  sekitar 50 kata, namun sesungguhnya pada anak-anak itu terjadi perbedaan kata-kata dan fase yang mereka hasilkan. Sebagian besar dari mereka, menurut Berk (1989), belajar bahasa dalam bentuk yang disebut dengan istilah “ Gaya Referensial “ (referential style). Kosa kata awal yang mereka kuasai sebagian besar adalah kata benda (nama-nama benda yang amat mereka kenal, seperti “bola”, “mobil-mobilan”, dan sejenisnya ) serta sebagian kecil kata kerja dan kata sifat. Sementara itu, ada sebagian kecil dari mereka yang belajar bahasa dalam bentuk yang oleh Berk (1989) disebut dengan istilah “Gaya Expersif” (expressive style). Berbeda dengan anak-anak yanmg menggunaka gaya referensial, anak-anak dengan gaya expresif ini lebih banyak mengguanakan kata ganti, kata benda (pronouns) dan kondisi-kondisi sosial (seperti “hentikan itu”, “saya mau itu”, “apa yang kamu inginkan”, dan sejenisnya). Hanya sebagian kecil saja kata benda, kata kerja dan kata sifat yang mereka gunakan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada dua tipe perkembangan anak dalam penguasaan bahasa yaitu:
1.      Anak yang bertipe referensial cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk membicarakan benda-benda.
2.      Anaka yang bertipe ekspresif cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk  membicarakan dirinya dan orang lain dan sekaligus untuk mengekspresikan perasaan kebutuhan dan kondisi sosial lainnya.
Gaya anak dalam mempelajari bahasa itu, baik tipe referensial atau ekspresif berkaitan dengan aspek-aspek lain dari perkembangan bahasanya yang dapat dijelaskan berikut ini.
1.      Anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung lebih banyak menggunakan kata ganti kata benda (pronouns) dalam membuat kalimat, sedangkan anak-anak yang bertipe referensial cenderung  berusaha memnunjukkan kemampuan mengartikulasikankalimat dengan lebih jelas dan menguasaan kosa katanya cenderung lebih cepat.
2.      Anak-anak yang bertipe referensial cenderung mampu mengatakan benda-benda dalam bentuk kalimat dengan menggunakan label-label, sedangkan anak-anak yang bertipe ekspresif cenderung mampu mengatakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan frase-frase sosial.
Pembahasan diatas memberikan kejelasan bahwa perkembangan bahasa individu dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan. Karena faktor-faktor bawaan dan lingkungan  individu itu bervariasi, maka pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa juga bervariasi. Akibatnya, akan sangat mungkin antara individu yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan individual dalam perkembangan kemampuan berbahasa.
Perbedaaan individual dalam perkembangan kemampuan berbahasa ini akan meningkat sejalan dengan bertamabahnya usia. Sebab, semakin bertambahnya usia, maka akan semakin luas dan semakin bnervariasi pula lingkungan hidup dan lingkungan pergaulannya. Akibatnya, menurut Neugarten (1996), tidak hanya akan semakin kompleks dari usia sebelumnya tetpai juga semakin berbeda dengan individu lain. Perluasan dan kompleksitas interaksi dengan lingkungan itu akan sangat mewarnai perkembangan kemampuan berbahasanya.
Berdasarkan uraian perbedaan individual dalam perkembangan bahasa dapat disimpulkan bahwa ada dua tipe dalam perkembangan bahasa yaitu yang pertama tipe referensial yang terjadi pada umur 1 – 2,5 tahun yang pada umumnya sudah menguasai sekitar 50 kata dan cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk membicarakan benda-benda, yang kedua tipe ekspresif yang cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain serta untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan dan kondisi sosial lainnya.
2.7 Proses Pembelajaran Untuk Membantu Perkembangan Bahasa Subjek Didik
Perkembangan kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau perpaduan dari faktor bawaan dan proses belajar dari lingkungannya, maka intervensi pendidikan yang dilakukan secara terencana dan sistematis menjadi amat penting. Hanya mengandalkan faktor bawaan yang diturunkan oleh orang tua tentunya suatu keputusan yang ridak bijaksanakarena akan memperoleh hasil perkembangan yang kurang memuaskan. Intervensi pendidikan melalui proses belajar dalam lingkungan dapat diupayakan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berkembangnya bahasa tersebut secara optimal. Lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dan berlatih mengambagkan kemampuan bahasa perlu dikembangkan secara maksimal pula, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Agar kemampuan berbahasa subjek didik dapat berkembang  secara optimal, maka sejak dini anak sudah pelu mulai diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kekayaan variasi dala kemampuan berbahasa. Sementara itu, situasi yang menunjang perkembangan bahasa perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru disekolah. Sedangkan masyarakat perlu memberikan dukungan yang bersifat kondisi spikologis dan sosio-kultural bagi perkembangan bahasa  subjek didik. Lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat membesarkan hati atau mendorong anak untuk secara berani mengkomunikasikan pikiran-pikirannya. Dengan cara demikian itu akan sangat membantu perkembangan bahasa karena mereka terbiasa denga leluasa serta tidak dihantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk mengkomunikasikan apa saja yang dipikirkan.
Berdasarkan uraian materi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat mendorong anak agar berani mengkomunikasikan pikirannya. Dengan demikian anak akan leluasa dan tidak dihantui rasa takut dalam mengkomunikasikan pikirannya.


BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari semua uraian yang penulis uraikan maka dapat disimpulkan bahwa makna dari perkembangan bahasa adalah sama dengan perolehan bahasa yaitu proses pemilikan kosa kata, kemampuan menyusun kata-kata sederhana, sampai pada kemampuan menyusun tata bahasa sederhana maupun kompleks. Secara umum, perkembangan ketrampilan berbahasa pada individu dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu fonologi yang berarti bagaimana seorang individu memahami dan menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa, semantik yang berarti bagaimana seorang individu memaknai kata atau cara yang mendari konsep yang diekspresikan dalam kata-kata, tata bahasa yang berarti penguasaan kosa kata yang kemudian memodifikasikannya kedalam cara-cara yang bermakna, dan yang terakhir adalah pragmatik yang berarti bagaimana seorang individu menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa berdasarkan umur kronologis indvidu mempunyai beberapa tahapan, yaitu tahap pralinguistik atau meraban (0,3 – 1,0 tahun), tahap Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun), tahap kalimat dua kata (1,8 – 2,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun), tahap kompetensi lengkap (11,0 - dewasa).
Sesuai  dengan perkembangan psikis remaja yang sedang berada pada fase mencari jati diri, maka remaja seringkali membangun dan memiliki bahan khas remaja. Perkembangan mutakhir khas remaja sering dikenal dengan istilah “ bahasa gaul “. Bahkan sekarang ini telah diterbitkan “ Kamus Bahasa Gaul “.
Dalam perkembangan bahasa terdapat tiga aliran yang menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu aliran nativisme yang berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya, sedangkan aliran empiris atau behaviorisme berpandangan bahwa perkembangan berbahasa seseorang ditentukan oleh proses belajar dari lingkungannya, dan aliran konvergensi berpadangan bahwa kemampuan berbahasa seseorang merupakan perpaduan dari faktor bawaan dan proses belajar dari lingkungannya.
Dalam perkembangan bahasa ada dua tipe perkembangan anak dalam penguasaan bahasa, yaitu yang pertama tipe referensial yang terjadi pada umur 1 – 2,5 tahun yang pada umumnya sudah menguasai sekitar 50 kata dan cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk membicarakan benda-benda, yang kedua tipe ekspresif yang cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain serta untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan dan kondisi sosial lainnya.
Intervensi pendidikan menduduki posisi penting dalam upaya membantu perkembangan bahasa. Wujud intervensi itu adalah dengan menciptakan suasana lingkungan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat, yang memberikan suasana aman secara psikologis untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya dalam bentuk komunikasi bahasa.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
  1. orang tua diharapkan dapat memahami perkembangan bahasa pada anaknya. Bagaimana kemampuan berbahasa anak dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar anak tersebut dapat dan mampu berbahasa dengan baik dan benar.
  2. pendidik diharapkan dapat memberikan pengarahan dalam keterampilan perkembangan bahasa kepada peserta didik agar peserta sdidsik dapat memahami pentingnya perkembangan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendidik mau mendengarkan peserta didik maka perkembangan bahasa dapat diciptakan untuk memahami karakter seseorang.
  3. remaja diharapkan mampu memahami perkembangan bahasa dan menunjukan identitas dan kepribadiannya. Untuk itu seseorang dituntut untuk dapat berbahasa secara baik dan benar. Kemampuan berbahasa telah dipelajari sejak dini, untuk itu agar seorang anak mampu berbahasa secara kompleks dan beragam maka seseorang harus diberikan pengetahuan yang beragam pula.


ii
 
 

1 komentar: