BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Babilonia adalah wilayah
budaya kuno di pusat-selatan Mesopotamia (Sekarang Irak), dengan Babel sebagai ibu kotanya. Pendiri sekaligus raja pertama dari Babilonia adalah
seorang kepala suku Amorite bernama Sumuabum yang mendeklarasikan kemerdekaan
Babilonia dari Negara tetangganya Kazallu pada tahun 1894 sebelum
masehi. Babilonia muncul sebagai bangsa yang kuat saat Raja Hammurabi dari
suku Amorite menciptakan sebuah kerajaan kecil diluar teritori wilayah
Kekaisaran Akkadia.
Bangsa Babilonia mengadopsi
bahasa Semitik Akkadia sebagai bahasa resmi dan bahasa Sumaria sebagai bahasa
yang dipakai untuk keperluan keaagamaan yang saat itu tidak lagi digunakan
sebagai bahasa lisan. Tradisi Akkadia dan Sumeria memainkan peran utama
dalam perkembangan kebudayaan Babilonia dan bahkan hal ini menjadikan beberapa
daerah di negara tersebut menjadi pusat kebudayaan hingga ke luar daerah Babilonia sendiri pada zaman perunggu dan awal zaman
besi. Babilonia sebagai Negara merdeka, sebenarnya bukan didirikan hingga
menjadi terkenal oleh orang asli dari suku Amorite, sebagian besar sejarahnya
Babilonia berada dibawah pemerintahan orang-orang Mesopotamia, Assyiria dan
bahkan bangsa asing seperti Kassite, Elam, Het, Aram, Kasdim, Persia, Yunani
dan Partia.
Babilonia pertama kali
disebutkan dalam sebuah tulisan kuno dari masa pemerintahan Sargon dari Akkadia yang tertanggal tahun 23 sebelum masehi. Diperkirakan sekitar seratus tahun setelah jatuhnya
Kekaisaran “Ur-III” dari Sumaria di tangan bangsa Elam, suku Amorite mendapatkan
kendali kekuasaan untuk hampir seluruh wilayah Mesopotamia dan merebut tahta
Assyiria, Mari, Eshnunna Ur, Isin, Larsa dan kerajaan kecil lain di
Mesopotamia.
Selama abad ke-3 sebelum
masehi, ada banyak simbiosis pengembangan budaya antara bangsa Sumeria dan
bangsa Akkadia di seluruh
Mesopotamia termasuk penggunaan dua bahasa atau bilingualism yang menyebar luas
di seluruh daerah. Pengaruh Sumaria terhadap Akkadia dan sebaliknya meliputi
berbagai pengkonversian dalam hal leksikal, sintaksis, morfologi dan fonologis
bahasa, hal inilah yang mendasari para ahli disana untuk merujuk pada Sumaria
dan Akkadia yang mereka sebut sebagai Sprachbund.
Bahasa Akkadia secara bertahap
menggantikan bahasa Sumaria sebagai bahasa resmi di Mesopotamia., tetapi bahasa
Sumaria masih digunakan
untuk hal-hal tertentu seperti upacara keagamaan, sastra dan bahasa ilmiah
sampai abad ke-1 masehi. Kebudayaan Mesopotamia selama zaman perunggu hingga awal zaman besi sering
disebut sebagai budaya “Assyro-Babilonia” karena kedekatan yang saling bergantung di pusat
daerah politik dua bangsa tersebut. Seiring berjalannya waktu, nama Babilonia
kini digantikan menjadi Sumaria.
Makalah ini
ditulis karena adanya dorongan untuk mengetahui dan juga mempelajari sejarah perkembangan yang dihasilkan oleh masyarakat pada Peradaban
Mesopotamia-Babilonia.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Ø
Bagaimana perkembangan sejarah matematika
babilonia?
Ø
Siapakah tokoh-tokoh matematika
bangsa babilonia?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
Ø Untuk
mengetahui perkembangan sejarah matematika babilonia.
Ø Untuk
mengetahui tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Perkembangan Sejarah Matematika Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena
peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman
peradaban helenistik Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan
Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting
pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan
dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan lebih
daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Ditulis di dalam tulisan paku, lempengan ditulisi ketika tanah liat masih basah, dan
dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di
antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini
matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di
Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira
2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan
latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan
Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar
lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600
SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, perhitungan
bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode
penyelesaian persamaan
linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM
memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika
Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah
diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu
jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada
busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di
dalam matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga,
tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem
nilai tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih
kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan
kesetaraan koma desimal, sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus
dikira-kira berdasarkan konteksnya.
1.2. Tokoh-tokoh
Matematika Bangsa Babilonia
1.
Raja Sargon adalah Pemimpin bangsa Akkadia. Dari segi kebudayaan bangsa
Akkadia meniru kebudayaan bangsa Sumeria yang sudah maju sehingga berkembanglah
budaya baru yang disebut budaya Sumer Akkad (akulturasi). Pada masa ini
ditemukan alat hitung “sempoa”.
2.
Raja Hammurabi adalah Raja Babilonia yang terbesar (1948-1905 SM). Raja
Hammurabi terkenal sebagai pembuat
Undang-undang.
3.
Diophantus (250-200 SM) Ia merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia yang
mengembangkan konsep-konsep Aljabar
Babilonia. Seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria. Karya
besar Diophantus berupa buku aritmatika, buku karangan pertama tentang System Aljabar. Bagian yang terpelihara
dari aritmatika Diophantus berisi pemecahan kira-kira 130 soal yang
menghasilkan persamaan-persamaan tingkat pertama.
4.
Para Ilmuan
Babel menemukan penentuan nilai akar kuadrat, bahkan telah mendemonstrasikan Teori Pythagoras, jauh sebelum
Pythagoras sendiri muncul dengan teorinya dan hal ini dibuktikan oleh Dennis
Ramsey yang menerjemahkan sebuah catatan kuno yang berasal dari tahun 1900
sebelum masehi.
5. Otto Neugebauer dan F.Thureau-Dangin banyak menemukan pengetahuan
tentang isi dari tablet-tablet
matematika ini tidak lebih tua 1935. Karena kerja penafsiran tablet-tablet
ini masih berlangsung, penemuan yang baru dan sama menariknya sangat mungkin
terjadi dalam waktu dekat.
6.
Grotefend mencoba untuk memecahkan teka-teki, kemudian pada tahun 1347
Rawlinson menyempurnakan hasil dari Grotefend. Tablet-tablet itu ternyata
mengenai semua tahap dan kepentingan-kepentingan dari kehidupan jamannya dan
meliputi banyak jaman dari sejarah Babilonia.
BAB III
PENUTUP
Ø Simpulan :
1. Kerajaan Babilonia didirikan oleh bangsa
Amorit yang disebut juga Babilonia. Kata Babilonia berasal dari kata babilu
yang berarti gerbang menuju Tuhan. Babilon terletak ± 97 kilometer di selatan
kota Baghdad sekarang, di tepi sungai Eufrat. Raja Babilonia yang terbesar
adalah Hammurabi (1948-1905 SM). Raja Hammurabi terkenal sebagai pembuat
Undang-undang.
2. Sistem Babel matematika adalah sexagesimal (basis-60) sistem
angka.
3. Asia barat
daya adalah salah satu kawasan yang kaya dengan sumber daya alam. Di Asia Barat
daya pun muncul berbagai peradaban baik itu peradaban Mesopotamia, Sumeria, Akkadia
sampai adanya peradaban Babilonia yang terdiri dari dua periode yaitu
kebudayaan Babilonia Kuno dan kebudayaan Babilonia Baru.
4. Peradaban
Babilonia berdiri dalam dua periode dengan dua penguasa yang berbeda, periode
peradaban Babilonia Kuno atau lama diperintah oleh Hammurabi sedangkan
peradaban Babilonia Baru diperintah oleh Nebukadnezar.
5. Kebudayaan
yang dihasilkan peradaban Babilonia ini masih banyak yang digunakan dalam
kehidupan masa kini, jadi bisa dikatakan bahwa peradaban Babilonia memberikan
pengaruh besar baik untuk kehidupan masa lalu maupun untuk masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar