BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
belakang
Sejak zaman
purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan matematika sangat
diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan
dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan hidup sehari-hari. Mereka
membutuhkan matematika untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan tersebut
diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi
makin lama makin meningkat, sehingga manusia perlu mengembangkan sistem
bilangan. Sistem bilangan pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa
hingga saat ini. Adanya bilangan membantu manusia untuk melakukan banyak
perhitungan, mulai dari perhitungan yang sederhana sampai perhitungan yang
rumit. Masing-masing bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan
bilangan dalam bentuk simbol yang ditemukan oleh orang-orang pada zamannya.
Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai sebuah sistem bilangan yang digunakan oleh bangsa
babilonia dan para penemu pada zaman itu.
1.2 Rumusan
Masalah
Pada makalah ini akan dibahas mengenai:
1.
Bagaimana sejarah
bangsa Babilonia?
2. Siapa
penemu dan penemuanbangsa Babilonia?
3.
Apa sistem bilangan
yang digunakan oleh bangsa Babilonia?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini antara
lain:
1.
Mengetahui sejarah
singkat bangsa Babilonia.
2. Mengetahui
penemu dan penemuan bangsa Babilonia.
3.
Mengetahui sistem
bilangan yang digunakan oleh bangsa Babilonia.
BAB II
Pembahasan
1.1 Sejarah Babilonia
Babilonia adalah sebuah
peradababan kuno yang terletak di kawasan tengah-selatan Mesopotamia. Kawasan
Mesopotamia termasuk Sumeria, Akkad, dan Assyria. Kawasan ini sangat penting karena menjadi salah satu dari tempat awal manusia hidup bersama-sama dalam
satu peradababan. Penduduk Bablonia, atau yang
sering disebut Babilon, memiliki satu bahasa penulisan yang mereka gunakan untuk mempelajari perkara-perkara yang berkaitan dunia di sekeliling mereka. Sejarah
mengatakan bahwa orang-orang babilon merupakan
orang yang pertama kali menulis dari
kiri ke kanan, dan banyak membuat banyak dokumen-dokumen bertulis.
Matematika
Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamiayang kini bernama Iraq sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama
kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Lebih dari400 lempengan tanah
liat ditemukan sebagai sumber sejarah bangsa Babilonia yang digali sejak
1850-an. Lempengan-lempengan tersebut ditulis dengan menggunakantulisan berbentuk paku.Lempengan tersebut diberi tulisan ketika tanah liat masih basah,
dan kemudian dibakar dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari bahkanbeberapa
di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti
terdini matematika menyebutkan bahwa lempengan bertulisantersebut adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka
mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa
Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat yang berkaitan dengan geometri dan pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada
periode ini.
Sebagian
besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai
1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan
kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar.Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode
penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang
akurat sampai lima tempat desimal.
2.2 Penemu dan penemuan bangsa Babilonia
Teks
matematika Babilonia sangat banyak jumlahnya dan teredit dengan sangat baik.
Sistem matematik Babilonia adalah seksagesimal atau bilangan berbasis 60.
Kemajuan besar dalam matematika ini terjadi karena dua alasan. Pertama, angka
60 memiliki banyak pembagi yaitu 2, 3, 4, 5,
6, 10, 12, 15, 20, dan 30, yang membuat perhitungan jadi lebih mudah.
Selain itu, bangsa Babilonia memiliki sistem bilangan real dimana digit yang
ditulis sebelah kiri memiliki nilai yang lebih besar seperti bilangan berbasis
10.
Pencapaian
dalam ilmu matematika lainnya yaitu ditemukannya penentuan nilai akar kuadrat,
bahkan para ilmuan Babilonia telah mendemonstrasikan teori Pythagoras, jauh
sebelum Pythagoras sendiri muncul dengan teorinya dan hal ini dibuktikan oleh
Dennis Ramsey yang menerjemahkan sebuah catatan kuno yang berasal dari tahun
1900 sebelum masehi. Penjelasannya seperti berikut :
“4 adalah panjangnya dan 5 adalah
panjang diagonalnya, lalu berapa lebarnya?. Mereka mengumpamakan jika kedua
angka tadi dikalikan dengan angka itu sendiri, maka akan ditemukan nilai
tengahnya. Jika 4 x 4 = 16 dan 5 x 5 = 25, maka selisih antara 16 dan 25 adalah
9. Dari angka berapakah kita bisa mendapatkan angka 9? Angka tersebut harus
bisa menghasilkan 9 jika angka tersebut dikalikan dengan angka itu sendiri, dan
9 didapatkan dari 3 x 3. Sehingga disimpulkan bahwa 3 adalah lebarnya karena
semua angka dikalikan dengan angka itu sendiri.”
Empat papan
bertulis yang ditemukan antara lain papan Yale YBC 7289, Plimpton 322, papan
Susa, dan papan Tell Dhibayi.
Ner 600 dan
Sar 3600 terbentuk dari angka 60 yang sesuai dengan derajat khatulistiwa.
Catatan kuno tentang kuadrat dan kubus yang dihitung menggunakan angka 1 hingga
60, ditemukan di Senkera dimana orang-orang telah mengenal jam matahari, clepsydra,
juga tuas dan katrol, padahal saat itu mereka belum memiliki pengetahuan
tentang mekanika. Bangsa Babilonia juga sudah lama mengenal lensa kristal dan
penyalaan bubut sebelum ditemukan oleh Austen Henry Layard dari Nimrud.
Bangsa
Babilonia juga sudah sangat familiar dengan aturan umum untuk mengukur suatu
area. Mereka mengukur keliling lingkaran sebanyak 3 kali diameter dan luasnya
sebagai satu per duabelas kuadrat dari lingkaran, dan jika hitungannya benar,
maka nilai π akan bernilai 3.
Volume silinder diambil sebagai produk dari alas dan tinggi, namun, volume frustum
sebuah kerucut atau piramida persegi dihitung dengan tidak benar sebagai produk dari ketinggian dan setengah jumlah dari basis. Juga, ada penemuan terbaru dalam sebuah catatan kuno mencantumkan bahwa nilai π adalah 3 dan 1 / 8. Di Babilonia juga
dikenal mil Babilonia, yang merupakan ukuran sebesar jarak sekitar tujuh mil hari ini. Pengukuran jarak ini dikonversi menjadi satu mil - waktu yang digunakan untuk mengukur perjalanan Matahari, yang merepresentasikan panjangnya waktu.
2.3 Sistem Bilangan Bangsa Babilonia
Matematika
Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Penggunaan bilangan seksagesimal dapat dilihat pada
penggunaan satuan waktu yaitu 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam,
dan pada penggunaan satuan sudut yaitu 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika
didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Bangsa Babilonia memiliki
sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur
lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal. Akan tetapi, terdapat kekurangan pada kesetaraan koma desimal,
sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira berdasarkan
konteksnya. Pada zaman ini juga belum ditemukan angka nol. Berikut contoh angka
babilonia:
Untuk suatu
sistem posisional tertentu diperlukan suatu konvensi tentang bilangan yang
menunjukkan keunikan suatu bilangan. Misalnya desimal 12345 berarti:
1 x 104
+ 2 x 103 + 3 x 102 + 4x 10 + 5
Sistem
posisional seksagesimal Bablonia menganut cara penulisan seperti cara diatas,
yaitu bahwa posisi yang paling kanan adalah untuk unit samapai 59, satu sisi
disebelah kirinya adalah untuk 60 x n, dimana 1 kurang dari = n kurang dari = 59 dan seterusnya. Sekarang
kita menggunakan notasi dimana bilangan dipisahkan dengan koma, misalnya,
1,57,46,40 menyatakan bilangan seksagesimal
1x60 pangkat
3 tambah 57 kali 60 pangkat dua ditambah 46kali 60 tambah 40.Yaitu, dalam
notasi desimal bernilani 424000
Namun masih
terdapat persoalan dengan sistem ini. Karena dua dinyatakan dengan dua karakter
yang masing-masing menyatakan satu unit, dan 61 dinyatakan dengan satu karakter
untuk satu unit sebagai bilangan pertama
dan sebagai bilangan kedua adalah karakter yang identik untuk satu unit maka
bilangan seksagesimalBabiloniaia 1,1 dan 2 secara esensial dinyatakan secara
serupa. Namun hal ini bukanlah persoalan sebenarnya karaena adanya spasi diantara
karakter-karakter tersebut menunjukkan perbedaan-perbedaannya. Dalam simbol
untuk 2 kedua karakter yang menyatakan unit saling berdempet dan menjadi simbol
tunggal. Dalam bilangan 1,1 terdapat suatu spasi diantaranya.
Satu
persoalan yg lebih serius adalah fakta bahwa tidak terdapat nol untuk
menyatakan posisi yang kosong. Bilangan seksagesimal menyatakan bilangan 1 dan
1,0 untuk 1 dan 60 desimal, memiliki pernyataan yg sama persis dan spasi tidak
membawa perbedaaan. Barangkali peradaban babilon selanjutnya telah menetapkan
saebuah simbol untuk menyatakan kekosongan.
Berikut
adalah contoh dari sebuah papan huruf paku dimana perhitungan unutk pangkat dua
147 dinyatakan. Dalam bilangan seksagesimal 147=2,27 dan mengkuadratkannya
memberikan hasil 21609=6,0,9
Jikalau
posisi untuk kosomng menjadi masalah untuk bilangan bulat maka justru terdapat
persoalan yang lebih besar pada fraksi seksagesimalBabilonia. Bangsa Babilonia
menggunakan suatu sistem fraksi seksagesimal yang serupa dengan fraksi desimal
kita. Misalnya jika kita menulis 0,125 maka berarti 1/10 + 2/100 +5/1000 = 1/8.
Tentu saja fraksi dengan bentuk a/b, dalam bentuknya yang paling rendah, dapat
dinyatakan sebagai fraksi desimal finit jika dan hanya jika b tidak dapat
dibagi dengan bil. Prima selain 2 atau 5. Jadi 1/3 tidak memiliki fraksi
desimal yang finit. Serupa halnya fraksi seksagesimalbabilonia 0;7,30
dinyatakan dengan 7/60 +30/3600 yang ditulis dengan notasi kita sebagai 1/8.
Karena 60
dapat dibagi dengan bilangan prima 2,3 dan 5 maka sebuah bilangan dengan bentuk
a/b, dan bentuknya yang paling rendah, dapat dinyatakan sebagai fraksi desimal
finit jika dan hanya jika b tidak dapat dibagi oleh bilangan selain 2,3,dan 5.
Fraksi yang laian oleh karenanya dapat dinyatakan sebagai fraksi seksagesimal
dan bukan sebagai fraksi desimal finit.
Perkiraan
notasi tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan seksagesimal dengan
bilangan pecahan. Untuk menyatakan 10,12,5;1.52.30 adalah
10 x 602
+ 12 x 60 + 5 +1/60 +52/602 + 30/603
Yang dalam
notasi kita adalah 36725 1/32. Hal ini berlaku namun diatas telah dikemukakan
notasi semikolon untuk menunjukkan dimana bagian integernya berakhir dan bagian
pecahannya dimulai. Inilah “koma seksagesimal” dan memainkan peranan yang
analog pada koma desimal. Namun bangsa Babilonia tidak memiliki notasi untuk
menunjukkan dimana bagian integer berakhir dan bagian pecahan dimulai. Jika
kita menulis 10,12,5,1,52,30 tanpa memiliki suatu notasi tentang “koma seksagesimal”
maka bilangan ini dapat meemiliki beberapa arti sebagai berikut:
0;10,12,5,1,52,30
10;12,5,1,52,30
10,12;5,1,52,30
10,12,5;1,52,30
10,12,5,1;52,30
10,12,5,1,52;30
10,12,5,1,52,30
Sebagai
tambahan, tentu saja, sampai 10,12,5,1,52,30,0 atau 0;0,10,12,5,1,52,30 dan
seterusnya.
BAB III
Penutup
3.1 Simpulan
Babilonia adalah sebuah
peradababan kuno yang terletak di kawasan tengah-selatan Mesopotamia.Sejarah mengatakan bahwa orang-orang babilon merupakan orang yang pertama kali menulis dari kiri ke kanan, dan banyak membuat banyak dokumen-dokumen
bertulis. Lebih dari
400 lempengan tanah liat ditemukan sebagai sumber sejarah bangsa Babilonia yang
digali sejak 1850-an. Lempengan-lempengan tersebut ditulis dengan menggunakan tulisan berbentuk paku.
Pencapaian dalam ilmu matematika
lainnya yaitu ditemukannya penentuan nilai akar kuadrat, bahkan para ilmuan
Babilonia telah mendemonstrasikan teori Pythagoras, jauh sebelum Pythagoras
sendiri muncul dengan teorinya. Bangsa Babilonia juga sudah sangat familiar
dengan aturan umum untuk mengukur suatu area.Pengukuranjarakinidikonversimenjadisatu
mil-waktu yang digunakanuntukmengukurperjalananMatahari, yang
merepresentasikan panjangnya waktu. Empat
papan bertulis yang ditemukan antara lain papan Yale YBC 7289, Plimpton 322,
papan Susa, dan papan Tell Dhibayi.
Matematika
Babilonia ditulis menggunakan sistem bilanganseksagesimal (basis-60). Penggunaan bilangan seksagesimal dapat dilihat pada
penggunaan satuan waktu yaitu 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam,
dan pada penggunaan satuan sudut yaitu 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
melambangkan pecahan derajat.Kemajuan besar dalam matematika ini
terjadi karena dua alasan. Pertama, angka 60 memiliki banyak pembagi yaitu 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, dan 30, yang membuat perhitungan
jadi lebih mudah. Selain itu, bangsa Babilonia memiliki sistem bilangan real
dimana digit yang ditulis sebelah kiri memiliki nilai yang lebih besar seperti
bilangan berbasis 10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar