BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang ahli psikologi perkembangan dari
Illinois State University bernama Laura E. Berk (1999) setelah mempelajari dan
meneliti berbagai aspek perkembangan individu, sampailah dia pada suatu kesimpulan
bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang kompleks, namun
pada umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan luar biasa pada awal
masa kanak-kanak. Pencapaian bahasa yang amat mengesankan pada anak-anak yang
sedang belajar berbahasa adalah sedemikian beranekaragamnya dan sedemikian
rumitnya sehingga kadang-kadang tampak seperti sesuatu yang ajaib.
Semua manusia yang normal dapat
menguasai bahasa sebab sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan
kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya. Kemampuan dan kesiapan
belajar bahasa pada manusia ini segera mengalami perkembangan setelah dia
lahir. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu
berbicara, orang yang dalam waktu cukup lama dan terus-menerus mendengar
pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut
tanpa intruksi khusus atau direncanakan. Bahkan banyak peneliti mengenai
penguasaan bahasa meyakini bahwa anak-anak dari
berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa ibu mereka
tanpa terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan yang jelas
(Rice, 1993 dalam Santrock, 1995).
Seiring dengan kemunculan simbolis,
anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Perkembangan Bahasa yang pesat
ini dianggap sebagai hasil perkembangan simbiolisasi. Dengan demikian pada masa
ini anak-anak telah mengalami sejumlah nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol.
Ia juga dapat membedakan berbagai benda di sekitarnya serta melihat hubungan
fungsional antara benda-benda tersebut. Disamping itu, pada masa ini penguasaan
kosa kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang makin
panjang dan semakin bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah
mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sekali-kali ia menggunakan
kata perangkai akhirnya timbul anak kalimat.
Perkembangan bahasa sebagai kemampuan
individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu akan
dapat disimpulkan bagaimana perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
Bahasa adalah sesuatu yang sangat
penting untuk dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan orang lain. Kita akan
susah untuk berkomunikasi jika kita tidak menguasai bahasa orang yang kita ajak
untuk berbicara begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, kita harus tetap selalu
mengikuti perkembangan bahasa-bahasa yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis
uraikan maka ada beberapa rumusan masalah yang harus dibahas dalam makalah ini,
antara lain :
1.2.1 Pengertian
Perkembangan Bahasa
1.2.2 Tahapan
Pwerkwembangan Bahasa
1.2.3 Hubungan
Kemampuan Berbahasa Dengan Kemampuan Berfikir
1.2.4 Karakteristik
Perkembangan Bahasa Subjek Disdik
1.2.5 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
1.2.6 Perbedaan
Individual Dalam Perkembangan Bahasa
1.2.7 Proses Pembelajaran Untuk Membantu
Perkembangan Bahasa Subjek Didik
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memberikan berbagai pengetahuan dan informasi, juga untuk :
1.
pengetahui dan memahami tentang pengertian
perkembangan bahasa
2.
memahami bagaimana tahapan dalam perkembangan
bahasa
3.
mengerti antara hubungan kemampuan
bahasa dengan kemampuan berfikir
4.
mengetahui karakteristik perkembangan
bahasa subjek didik
5.
menjelaskan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perkembangan bahasa
6.
mengerti perbedaan individual dalam perkembangan
bahasa
7. mengetahui
dan memahami upaya dan proses pembelajaran untuk perkembangan bahasa subjek didik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pekembangan Bahasa
Bahasa
merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat
erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran
individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan menyatukan
pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Bahasa
ialah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua cara untuk berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti
halnya bentuk-bentuk komunikasi, tertulis, lisan, tanda, air muka, gerak
tangan, pantomime dan seni. Bahasa merupakan hal yang hakiki yang membedakan
manusia dengan binatang.
Bahasa
tidak hanya berfungsi untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan emosi saja.
Bahasa juga dipakai untuk mencari informasi, mengungkapkan penalaran individu,
memberi jalan keluar bagi perasaan dan emosi, membangkitkan perbuatan pada
orang lain, membantu mengembangkan dan memperoleh rasa harga diri, dan sebagai
pengikat yang membuat orang-orang bersatu. Berbahasa merupaka suatu tingkah
laku yang membantu membentuk dunia si anak, yang membawanya dari dunia
egosentris kepada dunia sosiosentris. Bahasa, sebagaimana
keterampilan-keterampilan lain yang rumit, sukar dipelajari dan tidak dapat
dikuasai sekaligus. Belajar berbahasa atau berbicara merupakan suatu proses
yang panjang dan rumit. Ada
dua kriteria yang dapat dipakai untuk menetapkan apakah anak tidak dapat
menggunakan bahasa sebagai bentuk komunikasi.
Yang
pertama ialah bahwa anak harus mengucapkan kata-katanya sehingga segera dapat
dimengerti oleh orang lain. Kedua, anak harus tahu arti kata-kata yang
diucapkannya dan menghubungkannya dengan obyek-obyek yang diwakilinya. Hal ini
berarti bahwa selama dua belas atau lima
belas bulan pertama dari kehidupan anak, komunikasinya berlangsung dalam bentuk
prabahasa. Ada
tiga bentuk prabahasa yang digunakan dalam berkomunikasi selama usia ini,
yakni: menangis, ledakan-ledakan suara yang kemudian berkembang menjadi
merancau, dan gerakan tangan. Dari ketiga bentuk ini, yang kedua lah yang
terpenting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya.
Seorang
ahli psikologi perkembangan dari illionis state university bernama Laura E.
Berk (1999) mngatakan perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang
paling kompleks dan mengagumkan.pencapaian bahasa yang amat mengesankan pada
anak-anak yang sedang belajar berbahasa adalah sedemikian beranekaragamnya dan
sedemikian rumitnya sehingga kadang-kadang tampak seperti sesuatu yang ajaib.
Para ahli psikologi perkembangan
mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam mengusai
kosa kata, ucapan, gramatikal,dan etika pengucapannya dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbangdingan antar
umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu akan dapat disimpulkan
bagaimana perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
Berdasarkan
uraian materi pengertian perkembangan bahasa diatas, bahasa sendiri mempunyai
fungsi untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan emosi serta berfungsi juga
untuk mengungkapkan penalaran, mencari informasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengertian perkembangan bahasa merupakan kemampuan dalam menguasai kosa kata,
ucapan, gramatikal dan etika pengucapannya, serta biasanya dinyatakan dalam
bentuk simbol-simbol dan dalam waktu tertentu sesuai perkembangan umur
individu.
2.2
Tahapan Perkembangan Bahasa
Sesungguhnya
ada aspek linguistik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang
memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut kaum empiris
yang dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan
berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam intereraksinya dengan
lingkungan. Penguasaan bahasa merupakan hasil dari penyatu-paduan peristiwa –
peristiwa linguistik yang diamati dan dialami selama masa perkembangan. Menurut
para penganut aliran behavioristik, penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang
terbentuk melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning), pengkondisian operan (operant conditioning) dan belajar social (social learning).
Secara
umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989)
dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:
1.
Fonologi
(phonology)
2.
Semantic
(semantics)
3.
Tata
Bahasa (grammar)
4.
Pragmatik
(pragmatics)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan
menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah lain
atau negara lain di mana kita hanya memiliki sedikit saja atau tidak memiliki
kemampuan bahasa mereka, maka sangat boleh jadi kita akan kagum, heran, atau
bingung karena bahasa orang asli disana terdengar begitu cepat dan sepertinya
terorganisis dengan baik. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa
kita juga sangat mungkin mengalami hambatan-hambatan dalam memahami bahasa kita
karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana
seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi ini
merupakan sejarah perkembangan fonologi.
Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang
mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata baru
dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang perkembangan kosa kata
pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak
untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki
sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian
menghubung-hubungkannya dengan kesepakatan-kesepakatan dalam bahasa
masyarakatnya.
Gramer / tata bahasa merajuk kepada penguasaan kosa kata
yang kemudian dan memodifikasinya ke dalam cara-cara yang bermakna. Pengetahuan
tentang Gramer meliputi dua aspek utama, yaitu:
- Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dlam kalimat yang dapat dipahami.
- Morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif,dan berbagai makna lain dalam bahasa.
Pragmatik merujuk kepasa sisi komunikatif dari bahasa.
Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil
moment yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar
benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga
konteks agar pesan – pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai secara tepat
oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan
sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, maka seseorang memahami dan
menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh
masyarakat tertentu, seperti dalam berbagai ucapan selamat, cara mengucapkan
selamat datang dan selamat tinggal. Selain itu, seseorang juga harus
memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status
sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.
Dilihat perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan
kemampuan berbahasa individu, maka tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan
ke dalam tahap – tahap berikut ini:
1.
Tahap
Pralinguistik atau meraban (0.3 – 1.0 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam
bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif. Pada umur ini anak
mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain yang ada
disekitarnya sebagai upaya mencari kontak verbal.
2.
Tahap
Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun)
Pada umur satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata.
Satu kata yang di ucapkan oleh anak-anak ini harus di pandang sebagai satu
kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk
menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak yang menyatakan “mobil” dapat
berarti “saya mau main mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil sama ayah”
atau “saya minta diambilkan mobil mainan” dan sebagainya.
3.
Tahap
kalimat dua kata (1,8 – 2,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan
untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat
sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara
tepat. Misalnya anak mengucapkan “mobilan siapa?” atau bertanya “itu mobilan
milik siapa” dan sebagainya.
4.
Tahap
pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0 tahun)
Pada tahap ini anak mengembangkan tata bahasa, panjang
kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan
mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan
tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam
kematangan perkembangan anak.
5.
Tahap
pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur
tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan
kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relatifasi, dan konjungsi.
Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar
mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan- keteraturan tata bahasa dan
fonologi dalam bahasa terkait.
6.
Tahap
kompetensi lengkap (11,0 tahun - dewasa)
Pada akhir masa kanak-kanak, yang kemudian memasuki masa
remaja dan dewasa, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami
perubahan, dan semakin lancar, serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan
dan performansi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi
berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
Berdasarkan uraian tahapan perkembangan bahasa diatas
dapat disimpulkan bahwa secara umum perkembangan keterampilan bahasa pada
individu dibagi menjadi 4 komponen, diantaranya fonologi yang berarti bagaimana
seorang individu memahami dan menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa, semantik
yang berarti bagaimana seorang individu memaknai kata atau cara yang mendari
konsep yang diekspresikan dalam kata-kata, tata bahasa yang berarti penguasaan
kosa kata yang kemudian memodifikasikannya kedalam cara-cara yang bermakna, dan
yang terakhir adalah pragmatik yang berarti bagaimana seorang individu
menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain
Sedangkan perkembangan bahasa berdasarkan umur kronologis
indvidu mempunyai beberapa tahapan, yaitu tahap pralinguistik atau meraban (0,3
– 1,0 tahun), tahap Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun), tahap
kalimat dua kata (1,8 – 2,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 –
5,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun), tahap
kompetensi lengkap (11,0 - dewasa).
2.3
Hubungan Kemampuan Berbahasa Dengan Kemampuan Berfikir
Berpikir
pada dasarnya merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi atau
pemrosesan informasi (information processing) yang berlangsung selama munculnya
stimulus sampai dengan munculnya respons (Morgan, 1989). dalam proses berpikir
digunakan simbol-simbol yang memiliki makna atau arti tertentu bagi
masing-masing individu. Manifestasi dari proses berpikir manusia serta
sekaligus menjadi karakteristik dari proses berpikir manusia adalah bahasa (Glover,1987)
Aktifitas
berpikir individu sesungguhnya dibantu dengan menggunakan simbol-simbol verbal
dan hukum tata bahasa guna menggabungkan kata-kata menjadi satu kalimat yang
bermakna (Morgan,1980). Betapapun seseorang dalam berfikir tidak mengeluarkan kata-kata
secara eksplisit melainkan hanya dalam hati, sesungguhnya ketika proses
berpikir itu terjadi juga menggunakan bantuan bahasa. Hanya saja bahasa yang
digunakannya hanya dilafalkan didalam hati. Misalnya, ketika suatu saat
seseorang menyaksikan pertandingan sepak bola kemudian setelah pulang ditanya
tentang bagaimana serunya proses pertandingan sepak bola tersebut. Orang
tersebut pasti akan membayangkan setidak-tidaknya bagaimana permainan sepak
bola yang telah disaksikan tadi. Bagaimana seorang pemain berhasil menyarangkan
bola ke gawang lawan, dan bagaimana bola dioperkan dari satu kaki ke kaki yang
lain dari para memain kemudian orang tersebut dapat menjelaskan dengan bahasa
kepada orang yang bertanya tadi. Contoh lain adalah ketika seorang siswa mengerjakan
soal-soal ulangan atau ujian ,tentu siswa tersebut akan memunculkan berbagai
informasi yang ada didalam pikiranya sehubungan dengan soal-soal ulangan atau
ujian tadi dan mengekspresikanya dengan bahasa tertentu untuk dituangkan ke
dalam jawaban siswa.
Perkembangan
bahasa merupakan kemampuanmanusia yang paling kompleks dan mengagumkan.
Sesungguhnya kompleks ,pada umumnya bahasa berkembang dengan cepat pada
manusia. Terutama pada masa kanak-kanak.
Secara
umum, perkembangan bahasa dapat dibagi ke dalam empat komponen:
1.
Fonologi (phonology),berkenaan dengan
bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa. Jika
kita mengunjungngi suatu daerah atau negara lain yang kita sendiri tidak
memahami bahasanya. Akan terdengar betapa cepatnya bahasa mereka.
2.
Sematik (samantices),berkenaan dengan
makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsepyang diekspresikan dalam
kata-kata atau kombinasi kata
3.
Tata bahasa (grammaruran tentang bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat
yang dapat di pahami) dan morfologi (aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah,
tenses, kasus, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna dalam bahasa).
4.
Progmatik (pragmatices),berkenaan
dengan sisi komunikatif dari bahasa ;artinya bagaimana menggunakan bahasa
dengan baik ketika berkomunikasi dengan lorang lain.
Sebagaimana
telah dipaparkan sebelumnya bahwa aktivitas berpikir juga melibatkan bahasa
berpikir yang terjadi dalam hati atau yang seringkali dikenal dengan percakapan
dalam hati (inner speech) (morgan,1989).
Bahasa merupakan alat yang sangat berguna dan sangat membantu individu untuk
berpikir. Bahasa juga mengekspresikan hasil pemikiran tersebut.jadi, berpikir
dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam
waktu yang relatif bersamaan. Seringkali dikatakan oleh banyak orang bahwa
kemampuan berpikir seseorang menentukan dan sekaligus dapat dipahami dari
kemampuan bahasanya. Sebaliknya kemampuan bahasa seseorang merupakan
pencerminaan dari kemampuan berpikir seseorang.
Meskipun
demikian, dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan berpikirnya
bagus tetapi kemampuan bahasanya kurang. Sebaliknya, ada juga orang pandai
berbahasa tetapi kemampuan berpikirnya tidak sebagus kemampuan bahasanya.
Sering kali kita jumpai sejumlah orang yang mampu menulis dengan bagus untuk
mengekspresikan pemikirannya, tetapi ketika diminta untuk mempresentasikan
hasil tulisannya ternyata bahasa yang digunakan untuk menyampaikan
pikiran-pikiranya tidak menarik, sebaliknya
ada sejumlah orang yang ketika diminta mempresentasikan
pikiran-pikirannya sangat menarik bahkan sangat memukau banyak orang , tetapi
ketika diminta menuangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk tulisan menjadi tidak
menarik.
Berdasarkan
uraian hubungan kemampuan berbahasa dengan kemampuan berfikir dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berfikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat
pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya stimulus
sampai dengan munculnya respons. Pada proses berfikir digunakan simbol-simbol
yang memiliki makna atau arti tertentu bagi masing-masing individu. dalam
menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang mempunyai makna maka kita dapat
menggunakan simbol-simbol verbal dan hukum tata bahasa.
2.4
Karakteristik Perkembangan Bahasa Subjek Didik
Mengacu
kepada tahapan perkembangan bahasa yang telah dipaparkan terdahulu dan sesuai
dengan tingkatan usia kronologis yang telah dicapai, maka karakteristik
perkembangan bahasa remaja sebagai subyek didik dapat dikatakan telah mencapai
tahap kompetensi lengkap. Pada usia ini, remaja diharapkan telah mempelajari
semua sarana bahasa dan keterampilan-keterampilan performansi untuk memahami
dan menghasilkan bahasa tertentu dengan baik.
Karakteristik
perkembangan bahasa remaja itu sesungguhnya didukung oleh perkembangan kognitif
yang menurut Jean Piaget yang telah
mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kognitif itu,
remaja mulai mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip berfikir formal atau
berfikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan
kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komprehensif, membandingkan
secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan
simbol-simboi dan terminologi kongkrit dalam mengkomunikasikannya.
Sejalan
dengan perekembangn psikis remaja yang tengah berada pada fase pencarian jati
diri, maka ada tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari
tahap-tahap sebelum atau sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum, seperti munculnya
istilah-istilah khusus dikalangan remaja. Karakteristik psikologis khas remaja
itu seringkali mendorong remaja membangun dan memiliki bahasa yang relatif
berbeda dan bahkan khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-sampai tidak
jarang orang diluar kalangan remaja kesulitan untuk memahaminya. Dalam
perkembangan masyarakat modern sekarang ini, dikota-kota bahkan berkembang
pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan “bahasa gaul”. Bahkan
karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan diluar
remaja memahami bahasa mereka. Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan
menerbitkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “kamus Bahasa Gaul”.
Dalam kasus ini tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja
yang kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Anehnya, kalangan
remaja justru sangat akrab dan sangat memahami bahasa gaul itu serta merasa
lebih aman jika berkomunikasi dengan sesama remaja menggunakan bahasa gaul tersebut.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa sesuai dengan
tingkatan usia kronologis yang telah dicapai. Maka karakteristik perkembangan
bahasa remaja sebagai subyek didik dapat dikatakan telah mencapai tahap
kompetensi lengkap. Remaja mulai mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip berfikir
formal atau ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami
peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komprehensif,
membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi. Perkembangan psikis remaja
berada pada masa pencarian jati diri dan seringkali mendorong remaja memiliki
bahasa khas untuk mereka sendiri yang akhirnya mereka justru sangat akrab.
2.5
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Aliran
nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang
ditentukan oleh factor – factor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang
tuanya. Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang
baik dan cepat, maka perkembangan kemampuan bahasa anaknya pun juga akan baik
dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika kemampuan bahasa orang tuanya lambat
dan kurang baik, maka perkembangan bahasa anaknya pun juga akan ikut lambat dan
kurang baik.
Sementara
itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yakni
bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang itu tidak ditentukan oleh
bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan
sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan
perkembangan kemampuan bahasa seseorang. Dari perspektif ini, maka meskipun
kemampuan bahasa orang tuanya kurang baik dan lambat, tetapi proses
stimulasidan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkungan yang
memiliki kemampuan berbahasa secara baik dan cepat, maka anak tersebut akan
memperoleh dan memiliki perkembangan kemampuan bahasa yang baik dan cepat pula.
Adapun
aliran lain yang cenderung lebih moderat yakni aliran konvergensi mengajukan
pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan.
Menurut aliran ini perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan
konvergensi atau perpaduan dari bawaan dan proses belajar dari lingkungannya.
Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang
adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh
kapasitas kemampuan kognitifnya.
Adapun
faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang
adalah besarnya kesempatan yang diperoleh untuk melakukan proses belajar dari
lingkungannya. Individu yang dalam kehidupan sehari – hari banyak berinteraksi
dengan lingkungan yang kaya dalam kemampuan barbahasanya, akan cenderung
memikiki kesempatan yang lebih banyak dan lebih bagus untuk mengembangkan
kemampuan bahasanya. Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan
lingkungan yang miskin kemampuan bahasanya, akan cenderung terbatas pula
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bahasanya.
Secara
rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu :
1) Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan
mempengaruhi cepat lambatnya kemampuan bahasa individu tersebut. Ini relevan
dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
kemampuan berfikir dengan kemampuan bahasa seseorang.
2) Pola
komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak
arah atau interaksinya relative demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa
anggota keluarganya ketimbang yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi
sebaliknya.
3) Jumlah
anak atau anggota keluarga
Suatu keluarga yang memiliki anak dalam jumlah yang
banyak atau anggota keluarga di dalamnya banyak akan lebih mempercepat
perkembangan bahasa anak karena di dalamnya akan terjadi komunikasi yang bervariasi
daripada keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota
keluarga lainnya selain keluarga inti.
4) Posisi
urutan kelahiran
Seorang anak yang posisi urutan kelahirannya di
tengah akan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang anak sulung atau anak
bungsu karena anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas maupun kebawah,
sedangkan anak sulung hanya memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak
bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5) Kedwibahasaan
(bilingualism)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan
bahasa lebih dari satu akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya
ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa
menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, didalam rumah dia menggunakan
bahasa jawa dan diluar rumah dia harus menggunakan bahasa Indonesia dan
demikian pula dari bahasa yang lain.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi bahasa
seseorang sebenarnya terletak pada keluarga, lingkungan dan proses belajar seseorang.
Adapun faktor – faktor tersebut yaitu kognisi, pola komunikasi dalam keluarga,
jumlah anak atau anggota keluarga, posisi urutan kelahiran dan kedwibahasaan
yang digunakan.
2.6 Perbedaan
Individual dalam Perkembangan Bahasa
Dalam
konteksnya dengan perbedaan individual perkembangan bahasa, terdapat isu bahwa
dalam perjalanan sejarah penelitian perkembangan pemerolehan bahasa oleh
individu ternyata ada yang menganut pandang universal atau kesamaan (universal or similarity) dan ada pula
yang menganut pandang perbedaan individual (individual
differences ). Karena sedemikian kuatnya pengaruh teori universalitas dari
Noam Chomsky, maka dalam kurun waktu antara tahun 1950 – 1970-an para ahli
psikologi perkembangan yang mencurahkan perhatiannya pada perkembangan
pemerolehan bahasa pada individu pada umumnya menganut pandang universal atau
kesamaan. Pandang ini berkeyakinan bahwa individu dalam perkembangan penguasaan
bahasa terutama dipengaruhi secara kuat oleh kematangan genetikal. Artinya,
mereka berkeyakinan bahwa kematangan secara genetikal akan sangat menentukan
kompetensi berbahasa seseorang . melalui teorinya yang dikenal dengan “
Language Acquistion Device ”, Noam Chomsky berkeyakinan bahwa faktor bawaan
sebagai alat pemerolehan bahasa memungkinkan anak mampu mengkombinasikan
kata-kata ke dalam ucapan yang memiliki konsistensi gramatikal serta mampu
memahami pembicaraan orang lain pada usia dini.
Dalam
perkembangan selanjutnya, teori chomsky itu mulai dipertanyakan banyak orang
dan banyak ahli sehingga para peneliti perkembangan penguasaan bahasa yang
menganut paham universal semakin berkurang. Para
peneliti mengemukakan pandang barunya sebagai kritik terhadap paham universal,
yakni bahwa paham universal akan cenderung dapat diatribusikan kepada
pengalaman secara umum pada semua anak sebagai mana mereka mengatribusikannya
kepada faktor bawaan sebagai alat pemerolehan bahasa yang kemudian dikenal
dengan “ Innate Language Aqusition Device
(LAD) “. Paham genetik atau universal menyebabkan kesulitan atau bahkan tidak
mungkin untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian penting dalam berbahasa. Oleh
karena itu, Hardy-Brown (1983) mengatakan bahwa dalam perkembangan bahasa saja
melainkan berusaha memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perolehan
bahasa tersebut.
Penelitian-penelitian
lebih lanjut, yakni pada tahun 1970-an, menunjukan betapa pentingnya perbedaan
individual dalam perkembangan bahasa. Bahkan ditegaskan bahwa perbedaan
individual itu tidak hanya dalam banyaknya penguasaan kosa kata melainkan juga
dalam arah, bentuk, atau pola perkembangan bahasa. Anak-anak sesungguhnya
belajar dalam berbagai cara secara bervariasi dan bukan dengan cara-cara yang
seragam.
Nelson
adalah orang pertama yang mengidentifikasikan pentingnya perbedaan individual
dalam arah atau bentuk perkembangan bahasa sehingga hasil penelitiannya itu
telah didokumentasikan dan disebarluaskan pada penelitian-penelitian
selanjutnya ( Bretherton et al 1982 ). Menurut hasil penelitian Nelson,
misalnya saja, anka pada umur 1-2,5 tahun pada umumnya sudah menguasai sekitar 50 kata, namun sesungguhnya pada
anak-anak itu terjadi perbedaan kata-kata dan fase yang mereka hasilkan.
Sebagian besar dari mereka, menurut Berk (1989), belajar bahasa dalam bentuk
yang disebut dengan istilah “ Gaya Referensial “ (referential style). Kosa kata awal yang mereka kuasai sebagian
besar adalah kata benda (nama-nama benda yang amat mereka kenal, seperti
“bola”, “mobil-mobilan”, dan sejenisnya ) serta sebagian kecil kata kerja dan
kata sifat. Sementara itu, ada sebagian kecil dari mereka yang belajar bahasa
dalam bentuk yang oleh Berk (1989) disebut dengan istilah “Gaya Expersif” (expressive style). Berbeda dengan
anak-anak yanmg menggunaka gaya referensial, anak-anak dengan gaya expresif ini
lebih banyak mengguanakan kata ganti, kata benda (pronouns) dan kondisi-kondisi sosial (seperti “hentikan itu”, “saya
mau itu”, “apa yang kamu inginkan”, dan sejenisnya). Hanya sebagian kecil saja
kata benda, kata kerja dan kata sifat yang mereka gunakan.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa ada dua tipe perkembangan anak dalam penguasaan
bahasa yaitu:
1.
Anak
yang bertipe referensial cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar
digunakan untuk membicarakan benda-benda.
2.
Anaka
yang bertipe ekspresif cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar
digunakan untuk membicarakan dirinya dan
orang lain dan sekaligus untuk mengekspresikan perasaan kebutuhan dan kondisi
sosial lainnya.
Gaya anak dalam mempelajari bahasa
itu, baik tipe referensial atau ekspresif berkaitan dengan aspek-aspek lain
dari perkembangan bahasanya yang dapat dijelaskan berikut ini.
1.
Anak-anak
yang bertipe ekspresif cenderung lebih banyak menggunakan kata ganti kata benda
(pronouns) dalam membuat kalimat,
sedangkan anak-anak yang bertipe referensial cenderung berusaha memnunjukkan kemampuan
mengartikulasikankalimat dengan lebih jelas dan menguasaan kosa katanya
cenderung lebih cepat.
2.
Anak-anak
yang bertipe referensial cenderung mampu mengatakan benda-benda dalam bentuk
kalimat dengan menggunakan label-label, sedangkan anak-anak yang bertipe
ekspresif cenderung mampu mengatakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan
frase-frase sosial.
Pembahasan
diatas memberikan kejelasan bahwa perkembangan bahasa individu dipengaruhi oleh
faktor-faktor bawaan dan lingkungan. Karena faktor-faktor bawaan dan
lingkungan individu itu bervariasi, maka
pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa juga bervariasi. Akibatnya, akan
sangat mungkin antara individu yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan
individual dalam perkembangan kemampuan berbahasa.
Perbedaaan
individual dalam perkembangan kemampuan berbahasa ini akan meningkat sejalan
dengan bertamabahnya usia. Sebab, semakin bertambahnya usia, maka akan semakin
luas dan semakin bnervariasi pula lingkungan hidup dan lingkungan pergaulannya.
Akibatnya, menurut Neugarten (1996), tidak hanya akan semakin kompleks dari
usia sebelumnya tetpai juga semakin berbeda dengan individu lain. Perluasan dan
kompleksitas interaksi dengan lingkungan itu akan sangat mewarnai perkembangan
kemampuan berbahasanya.
Berdasarkan
uraian perbedaan individual dalam perkembangan bahasa dapat disimpulkan bahwa
ada dua tipe dalam perkembangan bahasa yaitu yang pertama tipe referensial yang
terjadi pada umur 1 – 2,5 tahun yang pada umumnya sudah menguasai sekitar 50
kata dan cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk
membicarakan benda-benda, yang kedua tipe ekspresif yang cenderung berpandangan
bahwa bahasa itu sebagian besar digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang
lain serta untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan dan kondisi sosial
lainnya.
2.7 Proses Pembelajaran Untuk
Membantu Perkembangan Bahasa Subjek Didik
Perkembangan
kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau perpaduan dari faktor bawaan dan
proses belajar dari lingkungannya, maka intervensi pendidikan yang dilakukan
secara terencana dan sistematis menjadi amat penting. Hanya mengandalkan faktor
bawaan yang diturunkan oleh orang tua tentunya suatu keputusan yang ridak
bijaksanakarena akan memperoleh hasil perkembangan yang kurang memuaskan.
Intervensi pendidikan melalui proses belajar dalam lingkungan dapat diupayakan
dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berkembangnya bahasa tersebut
secara optimal. Lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk
belajar dan berlatih mengambagkan kemampuan bahasa perlu dikembangkan secara
maksimal pula, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Agar
kemampuan berbahasa subjek didik dapat berkembang secara optimal, maka sejak dini anak sudah
pelu mulai diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kekayaan variasi dala
kemampuan berbahasa. Sementara itu, situasi yang menunjang perkembangan bahasa
perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru disekolah. Sedangkan
masyarakat perlu memberikan dukungan yang bersifat kondisi spikologis dan
sosio-kultural bagi perkembangan bahasa
subjek didik. Lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sangat
perlu menciptakan suasana yang dapat membesarkan hati atau mendorong anak untuk
secara berani mengkomunikasikan pikiran-pikirannya. Dengan cara demikian itu
akan sangat membantu perkembangan bahasa karena mereka terbiasa denga leluasa
serta tidak dihantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk mengkomunikasikan apa
saja yang dipikirkan.
Berdasarkan uraian
materi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat mendorong anak agar
berani mengkomunikasikan pikirannya. Dengan demikian anak akan leluasa dan
tidak dihantui rasa takut dalam mengkomunikasikan pikirannya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dari
semua uraian yang penulis uraikan maka dapat disimpulkan bahwa makna dari
perkembangan bahasa adalah sama dengan perolehan bahasa yaitu proses pemilikan
kosa kata, kemampuan menyusun kata-kata sederhana, sampai pada kemampuan
menyusun tata bahasa sederhana maupun kompleks. Secara umum, perkembangan
ketrampilan berbahasa pada individu dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu
fonologi yang berarti bagaimana seorang individu memahami dan menghasilkan
bunyi pembicaraan bahasa, semantik yang berarti bagaimana seorang individu
memaknai kata atau cara yang mendari konsep yang diekspresikan dalam kata-kata,
tata bahasa yang berarti penguasaan kosa kata yang kemudian memodifikasikannya
kedalam cara-cara yang bermakna, dan yang terakhir adalah pragmatik yang
berarti bagaimana seorang individu menggunakan bahasa dengan baik ketika
berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa berdasarkan umur kronologis indvidu
mempunyai beberapa tahapan, yaitu tahap pralinguistik atau meraban (0,3 – 1,0
tahun), tahap Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun), tahap
kalimat dua kata (1,8 – 2,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 –
5,0 tahun), tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun), tahap
kompetensi lengkap (11,0 - dewasa).
Sesuai dengan perkembangan psikis remaja yang sedang
berada pada fase mencari jati diri, maka remaja seringkali membangun dan
memiliki bahan khas remaja. Perkembangan mutakhir khas remaja sering dikenal
dengan istilah “ bahasa gaul “. Bahkan sekarang ini telah diterbitkan “ Kamus
Bahasa Gaul “.
Dalam
perkembangan bahasa terdapat tiga aliran yang menjelaskan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu aliran nativisme
yang berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan
oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya,
sedangkan aliran empiris atau behaviorisme berpandangan bahwa perkembangan
berbahasa seseorang ditentukan oleh proses belajar dari lingkungannya, dan
aliran konvergensi berpadangan bahwa kemampuan berbahasa seseorang merupakan
perpaduan dari faktor bawaan dan proses belajar dari lingkungannya.
Dalam
perkembangan bahasa ada dua tipe perkembangan anak dalam penguasaan bahasa,
yaitu yang pertama tipe referensial yang terjadi pada umur 1 – 2,5 tahun yang
pada umumnya sudah menguasai sekitar 50 kata dan cenderung berpandangan bahwa
bahasa itu sebagian besar digunakan untuk membicarakan benda-benda, yang kedua
tipe ekspresif yang cenderung berpandangan bahwa bahasa itu sebagian besar
digunakan untuk membicarakan dirinya dan orang lain serta untuk mengekspresikan
perasaan, kebutuhan dan kondisi sosial lainnya.
Intervensi
pendidikan menduduki posisi penting dalam upaya membantu perkembangan bahasa.
Wujud intervensi itu adalah dengan menciptakan suasana lingkungan, baik dalam
keluarga, sekolah, maupun masyarakat, yang memberikan suasana aman secara
psikologis untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya dalam bentuk komunikasi
bahasa.
3.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan
diatas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
- orang tua diharapkan dapat memahami perkembangan bahasa pada anaknya. Bagaimana kemampuan berbahasa anak dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar anak tersebut dapat dan mampu berbahasa dengan baik dan benar.
- pendidik diharapkan dapat memberikan pengarahan dalam keterampilan perkembangan bahasa kepada peserta didik agar peserta sdidsik dapat memahami pentingnya perkembangan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendidik mau mendengarkan peserta didik maka perkembangan bahasa dapat diciptakan untuk memahami karakter seseorang.
- remaja diharapkan mampu memahami perkembangan bahasa dan menunjukan identitas dan kepribadiannya. Untuk itu seseorang dituntut untuk dapat berbahasa secara baik dan benar. Kemampuan berbahasa telah dipelajari sejak dini, untuk itu agar seorang anak mampu berbahasa secara kompleks dan beragam maka seseorang harus diberikan pengetahuan yang beragam pula.
|
Daftar pustaka?
BalasHapus